22 Oktober 2010

Anak dan Uang Saku

Kemampuan mengelola keuangan dengan baik harus diajarkan kepada anak sejak dini. Jika sejak kecil seorang anak sudah dilatih untuk mengatur keuangannya secara bertanggung jawab, maka ia akan menjadi pengelola keuangan yang baik hingga tua.

Sebaliknya, jika sejak kecil seorang anak tidak bisa mengelola uang sakunya dengan baik, dapat dibayangkan kekacauan pengelolaan keuangannya di masa depan nanti.

Salah satu cara efektif mengajar anak mengelola keuangan yang baik adalah dengan memberi teladan. Jadilah ayah dan ibu yang tidak konsumtif, karena anak akan tergoda ikut-ikutan doyan belanja manakala orangtuanya berbuat demikian.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kita hidup di zaman konsumerisme, godaan untuk terus berbelanja ada di mana-mana. Data menunjukkan bahwa dalam 15 tahun terakhir, di Amerika utang kartu kredit telah meningkat dari $3.000 menjadi $10.000 per rumah tangga.

Menurut “Business Week”, di Amerika setiap orang memiliki lima kartu kredit. Berbelanja dengan menggunakan kartu kredit membuat kebanyakan orang memakai uang masa depan, yang belum pasti masuk ke rekening kita. Ini bentuk pengelolaan keuangan yang buruk.

Baiklah kita memerhatikan beberapa langkah untuk mendidik anak menjadi bijak dalam mengelola keuangannya!

Pertama, pemberian uang saku harus disesuaikan dengan penghasilan kita.

Pemberian uang saku anak merupakan salah satu pos pengeluaran rutin dalam pengeluaran keluarga, kita harus merencanakannya dengan cermat!

Jangan manjakan anak dengan memberikan uang saku yang besar meskipun pendapatan kita relatif besar, karena itu akan membuat anak terbiasa mendapat lebih.

Ajaklah anak memahami bahwa untuk mendapatkan uang itu tidak mudah, perlu kerja keras dan perjuangan. Dengan demikian anak akan menyadari bahwa dia harus bijak mengelola dan menghargai uang saku yang diberikan orangtuanya.

Kedua, uang saku diberikan bukan untuk dibelanjakan semuanya.

Berikan pengertian kepada anak bahwa uang saku yang mereka dapatkan sebaiknya ditabung sebagian. Yakinkan bahwa dia bisa mengelola keuangannya dengan baik.

Jika kita sudah bisa menumbuhkan kebiasaan menabung secara rutin sejak dini, maka di masa depan ia tidak akan mengalami kesulitan keuangan.

Ajarkan juga ia bermurah hati, yaitu memberi kepada mereka yang membutuhkan. Ini akan menumbuhkan kasih dan kepedulian pada anak kita.

Ketiga, mengajarkan untuk membeli kebutuhannya yang kecil dengan memakai uang sakunya.

Berilah pengertian bahwa uang yang sudah menjadi hak anak sebaiknya jangan dibelanjakan untuk barang yang kurang berguna. Mintalah anak untuk membeli kebutuhan-kebutuhannya yang kecil, misalnya pensil, pena, buku tulis, dsb.

Jangan bosan mengingatkan bahwa ia harus membelanjakan uangnya sesuai dengan kebutuhan, bukan keinginannya.

-----

Kata-kata bijak:
Didikan dan disiplin orangtua di masa kecil lebih berharga daripada warisan yang melimpah tanpa disiplin.

* * *

Sumber: Manna Sorgawi, 22 Oktober 2010 (diedit seperlunya)

Di-online-kan oleh Paulus Herlambang.

=====

18 September 2010

Jangan Sakiti Anak-anak Kita

Banyak orangtua yang kurang mengerti bagaimana membesarkan anak-anak dalam kasih dan didikan yang bijaksana. Di masa kecil dulu, saya sering menyaksikan ayah salah satu teman saya yang begitu kejam dan kasar terhadap anak-anaknya sendiri.

Beberapa kali anak perempuannya yang berkulit putih (bukan bule) datang ke sekolah dengan mata lebam, atau kaki yang merah dan bengkak akibat pukulan benda keras.

Kekejaman paling sadis yang dilakukan oleh sang ayah adalah menyiram tubuh anak perempuannya tersebut dengan minyak tanah, lalu menyulut daun kelapa untuk membakarnya.

Untunglah, api baru sempat “menjilat” kaki anak itu ketika ibunya menarik anaknya menjauh. Alasan sang ayah melakukan tindakan itu adalah karena anak perempuannya itu ketahuan mencuri.

Masih banyak kasus kekejaman terhadap anak yang saya ingat. Ada yang dipukuli orangtuanya hingga terkencing-kencing, ada yang dihantam dengan buluh hingga buluh itu pecah, dan banyak yang dimaki-maki dengan kata-kata yang kasar.

Ketika anak-anak menginjak masa remaja dan mulai jatuh cinta, orangtua mengawasi secara ekstra ketat, bahkan ada yang memaki-maki dan memukul anaknya.

Yang saya amati dari semua perlakuan di atas adalah tidak adanya kesadaran dari orangtua bahwa anak adalah pribadi yang punya perasaan, perlu dihargai dan diperlakukan secara bijaksana.

Semua bentuk kekerasan yang dilakukan terhadap anak akan membawa dampak negatif dalam pertumbuhan jiwa mereka. Mereka bisa menjadi anak-anak yang menyimpan kepahitan, minder, tidak mau bergaul, bahkan kehilangan figur yang benar terhadap Bapa sorgawi karena perlakuan ayah yang kasar.

Sebagai orangtua, marilah kita membesarkan anak-anak kita dengan kasih dan bijaksana. Bukankah Tuhan mengingatkan melalui firman-Nya agar kita jangan membangkitkan amarah dalam hati anak-anak kita?

Juga janganlah sakiti hati anak-anak anda. Sering kali orangtua merasa berhak melakukan apa saja terhadap anak. Memukul anak tidak pada tempatnya merupakan penganiayaan fisik, sedangkan memaki, membentak, dan mengeluarkan kata-kata kasar terhadap anak merupakan penganiayaan mental terhadap anak.

Jika anak-anak kita melakukan kesalahan, tegur dan nasihatilah dengan kasih. Perlakuan keras akan membawa dampak yang tidak baik terhadap perkembangan jiwa anak.

Mintalah hikmat dari Tuhan dalam mendidik anak-anak. Biarkan Tuhan memenuhi hati kita dengan kasih dan kesabaran dalam membesarkan anak-anak titipan Tuhan tersebut.

Jika selama ini anda sebagai orangtua telah menyakiti hati anak-anak anda, berbesar hatilah untuk meminta maaf kepada mereka. Mintalah kepada Tuhan untuk memampukan anda memulai babak baru dalam mendidik anak dan menjadi orangtua yang baik.

-----

Kata-kata bijak:
Jika anak hidup dengan kekerasan, ia akan belajar untuk melawan.

* * *

Sumber: Manna Sorgawi, 18 September 2010

Judul asli: Jangan Sakiti Mereka

Di-online-kan oleh Paulus Herlambang.

==========

Artikel Terbaru Blog Ini