15 Maret 2013

Ayah Sejati

Paus Yohanes XXIII pernah berkata, "Seorang ayah bisa dengan mudah memiliki anak. Jauh lebih sulit bagi seorang anak untuk bisa memiliki ayah yang sejati." Sebuah pernyataan yang menggelitik, tetapi diam-diam kita sepakati.

Memang, sekadar menjadi ayah sangat berbeda dengan menjadi ayah sejati.

Ayah sejati mengesampingkan kepentingan dirinya sendiri sejak ia memiliki anak. Ayah sejati mendampingi dengan kasih, saat sang anak tertatih belajar menjalani hidup. Ayah sejati tak hanya mempersiapkan warisan duniawi, tetapi menurunkan iman yang membawa pada hidup kekal.

Sebagai ayah, Nabi Nuh menunjukkan tanggung jawabnya sebagai pemimpin yang mengarahkan hidup seluruh keluarganya. Walau dunia tempat tinggal mereka sudah begitu kacau karena kejahatan dan ketidaktaatan, Nuh tetap bertahan hidup benar dan tidak bercela (Kejadian 6:9).

Nabi Nuh

Tentu itu bukan hal mudah yang baginya. Namun ia sanggup melakukannya, karena ia bergaul karib dengan Tuhan. Tak heran ia mendapat kasih karunia istimewa dari Tuhan.

bahtera Nuh

Tak berhenti di situ saja. Ia menurunkan kepercayaannya itu kepada seluruh keluarganya. Buktinya, di tengah masyarakat yang bersikeras tak mau mendengar peringatan Nuh; istri, anak, dan menantunya masih mau percaya dan mengikutinya. Dan, ketika mereka mengikuti pimpinan Nuh, mereka pun selamat dari kebinasaan (Kejadian 7:23).

air bah

Para ayah, di tangan Anda ada mandat Tuhan untuk memimpin keluarga Anda menuju kehidupan sejati di dalam Tuhan. Hiduplah karib dengan Tuhan, maka seluruh keluarga Anda akan mengikuti dengan rela, percaya, dan sukacita.

Ketika ayah meneladankan ketaatan kepada Tuhan, maka keluarga akan memberi respons yang sepadan.

* * *

Penulis: Agustina Wijayani | e-RH, 15/3/2013

(diedit seperlunya)

==========

Artikel Terbaru Blog Ini